Banser Dan Rijalul Ansor - Trimurjo Region
Jika anda ingin menjadi penulis, silahkan klik ini. Load...

Banser Dan Rijalul Ansor


Saya tidak setuju Banser membubarkan, mungkin mencegah, pengajian ustadz yang ditengarai Wahabi. Tapi saya menghormati para sahabat Banser yang tentu punya analisis mendalam sebelum bergerak. Pilihan mereka yang tentu telah dipikir masak. Oke lah.

Aksi beginian emang tampak heroik, tapi di sisi lain malah blunder. 😂 Orang awam lebih banyak yang simpati ke si ustadznya. Lantas membuka videonya di YouTube dan menikmati sajiannya. Secara fisik, siapapun bisa dihadang dan dihalang-halangi, tapi secara pemikiran siapapun bisa didatangi dan dipengaruhi.
Andaikan ada pengajian ustadz yang kajiannya nyesat-nyesatin amaliah mayoritas umat Islam, bagaimana? Solusinya awal datangi, pantau di pengajiannya biar bahasannya tidak ngalor ngidul dan menuduh sesat sana-sini, misalnya. Ini dilakukan Banser di Jakarta saat Felix Siaw ceramah. Karena merasa dipantau, dan direkam, Felix nggak bahas khilafah selama ceramah.
Di lain waktu. Ada lagi orang Lesbumi, yang sengaja berombongan datang pakai blangkon dan baju hitam semua. Saya nggak tahu pas pengajiannya siapa. Kejadiannya di Jakarta, beberapa tahun silam. Mereka duduk, diam anteng mengikuti, lebih tepatnya, memantau ceramah. Selesai. Pulang. Hahahah jadi si ustadz merasa diawasi😂
Solusi lain? Banser bisa berkoordinasi dengan Rijalul Ansor mengadakan pengajian kitab rutinan di berbagai masjid NU yang tidak ada ngaji rutinannya. Ini semacam Sad adz-Dzariah alias upaya preventif agar tidak ada "perebutan" masjid. Selebihnya tentu saja memakmurkan masjid dengan kegiatan ngaji. Banyak lho masjid-masjid NU yang nggak ada ngaji rutinannya, padahal ini penting. Alangkah eman-eman jika plang Masjid Berlogo NU tertera di halaman, tapi nggak ada ngaji kitab rutinannya. Kitab-kitab dasar saja. Nggak usah terlalu berat. Yang anak ngaji TPQ sore, yang bapak-ibu bisa ngaji kitab bakda magrib.
Kalau nggak setuju, silahkan protes ke saya. Saya bantah dengan data dan dokumentasi kegiatan yang saya lakukan bersama Banser Ranting. Rutinan ngaji di masjid? Ada. Di 3 masjid. 2 di Jember, 1 di Surabaya. Jalan semua. Termasuk ngaji dengan para tukang becak di Jember.
Biar pendidikan Banser meningkat, saya bikin Beasiswa Banser khusus S1 di Universitas Al-Falah As-Sunniyyah (UAS). Kerjasama dengan LAZISNU-Care Jatim. Kalau ada kampus lain yang begini pantas saya acungi jempol. Soal ekonomi? Bantuan modal bagi keluarga Banser juga sudah. Prinsip: Banser jangan cuma diajak apel-apelan dan grudak-gruduk saja. Tapi kudu diperhatikan ekonomi dan pendidikannya, maupun pendidikan anak-anakanya. Wislah, ndang gerak rek, ojo kakean wacana.
Biar mushola nggak diisi kubu sebelah, solusinya gimana? Kami bikin Satgas BELA (Bersih Langgar dan Mushola). Penggeraknya ya mas-mas Banser yang kece badai itu.
Mau nuduh saya Wahabi lantaran nggak setuju mendemonstrasi pengajian? Ya Monggo. Yang nuduh saya kirimi banyak aksi sosial Banser ranting kami. 😂😂😂
Wistalah, sing paling penak itu: banyakin kegiatan sosial dan intelektual berbasis sosial kemasyarakatan dan berbasis masjid.
Rijalul Ansor itu isinya para gus. Wis ndang turun lapangan, ngaji rutinan kitab di masjid-masjid terdekat. Koordinasi dengan para Ansor dan Banser, juga Fatayat dan Muslimat. Semakin banyak kajian keilmuan dan kegiatan ibadah di masjid, kubu sebelah bakal pikir-pikir mau mendekat dan "menawarkan" pengajian. 😎
Saya hanya memegang omongannya Gus Asykar Indanus Farid: "Nggak butuh banyak orang pinter. Kita cuma butuh orang yang mau tandang gawe. Sesederhana itu!" Oleh: Gus Rijal Mumazziq Z