Di Tanah Banjar ini pemahaman Mazhab Syafi'i dan Shufi sudah kuat mengakar sejak lama, terbukti dengan keberadaan Syekh Arsyad Al-Banjari dan para Dzuriyah, juga Habaib lainnya.
Baik di Banjar atau di Jawa menghadapi ujian yang sama, yaitu munculnya pendatang yang membuat keragu-raguan atas amalan Aswaja. Sudah kita sampaikan dalilnya tapi mereka selalu menolaknya dan selalu menyalahkan.
Andaikan mereka pintar dalam arti berlapang dada dan tidak menjadi penentang maka disampaikan sebuah dalil akan menerima:
الذكي ينال بمثال واحد ما لا يدركه المعاند ولو بألف شاهد
Orang cerdas akan menerima dengan satu contoh atas hal-hal yang tidak diterima oleh para penentang meskipun dihadirkan 1000 saksi (dalil).
Penolakan mereka terhadap dalil kita juga bukan karena menolak secara ilmiah, tapi tetap dengan penuh kebencian. Maka benar sebuah syair menyuarakan:
كل العداوة قد ترجى إزالتها • إلا عداوة من عاداك عن حسد
Setiap permusuhan terkadang masih bisa di harapkan hilangnya, kecuali permusuhan yg timbul dari iri hati.
Jadi dalil bagi mereka bukan Al-Qur'an dan Sunnah, tapi apa yang disampaikan oleh guru-gurunya. Terbukti jika ada dalil hadis yang datang dari selain guru mereka sudah pasti selalu ditolak. Dalil menurut mereka adalah "ustaz saya".
By: KH Ma'rif Khozin
• Haul KH Jahri, pendiri Raudhatul Mutaallimin, Teluk Haur, Hulu Sungai Utara, Kalsel.