Saya menjumpai Almarhum Abah saya menggantikan kakek di Pondok Raudlatul Ulum . Saya menyaksikan Abah istiqamah sekali dalam berjamaah. Di pondok PPs Raudlatul Ulum Suramadu ini juga saya berusaha meniru guru-guru kami.
Saat Subuh Jumat Abah membaca surat Hamim Sajdah, saya mengira Abah hapal keseluruhan, ternyata Abah memegang mushaf kecil. Saat rukuk mushaf tersebut diletakkan di dekat tembok yang memang disediakan untuk tempat Al-Qur'an.
Saat ini saya pun meniru karena tahu riwayatnya dalam Sahih Bukhari:
ﻭﻛﺎﻧﺖ ﻋﺎﺋﺸﺔ: «ﻳﺆﻣﻬﺎ ﻋﺒﺪﻫﺎ ﺫﻛﻮاﻥ ﻣﻦ اﻟﻤﺼﺤﻒ»
"Dzakwan, budaknya Aisyah, menjadi imam salat bagi Aisyah sambil baca Mushaf".
Dipertegas lagi oleh Imam An-Nawawi:
ﻟﻮ ﻗﺮﺃ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﻣﻦ اﻟﻤﺼﺤﻒ ﻟﻢ ﺗﺒﻄﻞ ﺻﻼﺗﻪ ﺳﻮاء ﻛﺎﻥ ﻳﺤﻔﻈﻪ ﺃﻡ ﻻ
"Jika seseorang membaca Al-Qur'an dari Mushaf maka salatnya tidak batal, baik hafal Al-Qur'an atau tidak" (Al-Majmu', 3/95)
Dalam salat jahriyah, malam hari, saya membaca keseluruhan (kecuali waktu sunah membaca ayat sajadah), dengan mengikuti pendapat Syekh Al-Bahuti dari Mazhab Hambali:
(ﻭﻻ) ﺗﻜﺮﻩ (ﻗﺮاءﺓ) اﻟﻘﺮﺁﻥ (ﻛﻠﻪ ﻓﻲ اﻟﻔﺮاﺋﺾ ﻋﻠﻰ ﺗﺮﺗﻴﺒﻪ)
"Tidak makruh membaca Al-Qur'an seluruhnya di dalam salat sesuai urutan Al-Qur'an" (Kasyaf Al-Qina', 3/357)
Doa Khataman Al-Qur'an
Ada riwayat secara umum anjuran berdoa setelah khatam Al-Quran:
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عِنْدَ كُلِّ خَتْمَةٍ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ (رواه ابو نعيم)
Rasulullah bersabda: “Ketika setiap khatam al-Quran terdapat doa yang dikabulkan” (HR Abu Nuaim dari Anas).
Demikian pula sebagian sahabat dan tabiin juga mengumpulkan keluarga untuk berdoa:
كَانَ أَنَسٌ إِذَا خَتَمَ الْقُرْآنَ جَمَعَ وَلَدَهُ وَأَهْلَ بَيْتِهِ فَدَعَا لَهُمْ (رواه الدارمى)
“Jika Anas mengkhatamkan al-Quran, maka beliau mengumpulkan anaknya dan keluarganya, lalu berdoa untuk mereka” (HR al-Darimi).
عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ : بَلَغَنَا اَنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ عِنْدَ خَتْمِ الْقُرْآنِ قَالَ فَدَعَوْا بِدَعَوَاتٍ (رواه الدارمى)
Mujahid berkata: “Telah sampai kepada kami bahwa doa dikabulkan saat khatmil Quran. Maka mereka banyak berdoa” (HR al-Darimi)
Khataman saya langsungkan pada rakaat pertama salat Isyak. Pada rakaat kedua saya sambung dengan awal surat Al-Baqarah. Cara baca seperti ini lazim dilakukan di pesantren NU saat khataman dan melanjutkan dari awal lagi, berdasarkan kandungan hadis dan amalan ahli ilmu qiraat:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ « الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ ». قَالَ وَمَا الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ قَالَ « الَّذِى يَضْرِبُ مِنْ أَوَّلِ الْقُرْآنِ إِلَى آخِرِهِ كُلَّمَا حَلَّ ارْتَحَلَ
“Dari Ibnu Abbas, ada seseorang bertanya: “Wahai Rasul Allah. Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Nabi menjawab: “Adalah orang yang sampai lalu berangkat lagi”. Ia bertanya: “Apa itu?”. Nabi menjawab: “Orang yang membaca al-Quran dari awal hingga akhir. Setiap ia telah sampai (khatam), maka ia berangkat lagi” (HR al-Tirmidzi, ia menilai gharib).
قَالَ الْجَزَرِيُّ فِي النِّهَايَةِ هُوَ الَّذِي يَخْتِمُ الْقُرْآنَ بِتِلَاوَتِهِ ثُمَّ يَفْتَتِحُ التِّلَاوَةَ مِنْ أَوَّلِهِ .. وَكَذَلِكَ قُرَّاءُ مَكَّةَ إِذَا خَتَمُوا الْقُرْآنَ اِبْتَدَءُوا وَقَرَءُوا الْفَاتِحَةَ وَخَمْسَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ الْبَقَرَةِ إِلَى { وَأُولَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ } (تحفة الاحوذي)
al-Jazari berkata dalam al-Nihayah: “Yang dimaksud adalah orang yang khatam al-Quran lalu mengawali kembali dari permulaan... Demikian yang dilakukan para imam ahli ilmu Qiraah di Makkah, jika mereka khatam al-Quran maka mereka membaca surat al-Fatihah dan 5 ayat dari surat al-Baqarah” (Tuhfat Al-Ahwadzi Syarah Sunan At-Tirmidzi)
اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي بِالْقُرْآنِ وَاجْعَلْهُ لِي إِمَامًا وَنُورًا وَهُدًى وَرَحْمَةً، اللَّهُمَّ ذَكِّرْنِي مِنْهُ مَا نُسِّيتُ وَعَلِّمْنِي مِنْهُ مَا جَهِلْتُ وَارْزُقْنِي تِلَاوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ وَاجْعَلْهُ لِي حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ
Oleh: KH. Ma'ruf Khozin