Nabi Muhammad SAW menawarkan sebuah rumus agar selalu ditolong Allah yaitu suka menolong sesamanya. Siapa yang suka menolong sesama hamba Allah, niscaya akan segera di tolong olehNya, sebaliknya bagi yang tidak menolong sesamanya, dia pun enggan mengulurkan pertolonganNya. hal ini merupakan sebuah keniscayaan dari hubungan timbal balik yang sudah menjadi fenomena kehidupan sosial, diriwayatkan oleh muslim dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَ مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَهُ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالْأٓخِرَةِ وَ مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَالْأٓخِرَةِ وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ أَخِيْهِ .
“ Barang siapa yang melepaskan seorang muslim dari suatu kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan melepaskan baginya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan hari kiamat. Barang siapa mempermudah orang-orang yang kesulitan, maka Allah akan mempermudahkan (urusannya) di dunia dan di akherat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akherat, dan Allah senantiasa menolong hambaNya selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah r.a.)
Menolong sesama muslim bisa dilakukan dalam bentuk apa saja, misalnya dengan memberi makanan, minuman, pakaian, tempat teduh, memberi pinjaman, menjamu tamu hingga memberikan belanja lebih kepada keluarga terutama di hari Assyura (Tanggal 10 Muharram), dan bentuk-bentuk kebaikan lainnya.
Tentang keutamaan memberikan makanan, Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ اَطْعَمَ الْجَائِعَ حَتَّى يَشْبِعَ اَظَلَّهُ اللهُ تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِهِ
“Barang siapa yang memberi makan kepada orang yang lapar hingga kenyang, niscaya Allah akan melindunginnya (dari panasnya padang mahsyar) di bawah naungan arasy (singasanaNya).” (H.R At-Thabranny dari jabir r.a.)
مَنْ اَطْعَمَ اَخَاهُ لُقْمَةَ حُلْوَةٍ لَمْ يَذُقْ مِرَارَةً يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa yang memberi makan kepada saudaranya dengan satu telan makanan yang manis, kelak ia tidak akan mendapatkan kepahitan (kesusahan) di hari kiamat.” (H.R. Imam Malik dalam Al-Muwaththa.)
Di antara pesan Rasulullah SAW kepada sayyidina Ali r.a:
مَنْ اَطْعَمَ مُسْلِمًا بِطِيْبِ نَفْسٍ كَتَبَ اللهُ لَهُ اَلْفَ اَلْفِ حَسَنَةٍ وَ مَحَا عَنْهُ اَلْفَ اَلْفِ سَيِّئَةٍ وَرَفَعَ لَهُ اَلْفَ دَرَجَةٍ
“Barangsiapa memberi makan orang muslim dengan kerelaan hati, maka Allah akan menuliskan baginnya sejuta kebaikan, dan menghapuskan sejuta keburukannya , dan mengangkatkannya seribu derajat.”
Sehubungan dengan keutamaan memberi pinjaman,Nabi SAW menegaskan dalam sabdanya sebagai berikut :
اَلصَّدَقَةُ بِعَشْرَةٍ وَالْقَرْضُ بِثَمَانِيَةَ عَشَرَ وَصِلَةُ اِخْوَانٍ بِعِشْرِيْنَ وَصِلَةُ الرَّحْمِ بِأَرْبَعَةٍ وَعِشْرِيْنَ
“ Bersedekah itu pahalanya sepuluh lipat, meminjamkan itu pahalanya delapan belas kali lipat, menyambung tali persahabatan itu pahalanya dua puluh lipat, sedangkan manyambung tali perkerabatan itu pahalanya dua puluh empat lipat:. (H.R.Hakim.)
Mengenai keutamaan menjamu tamu, rasulullah SAW bersabda:
اَلْخَيْرُ اَسْرَعُ اِلَى الْبَيْتِ الَّذِيْ يُؤْكَلُ فِيْهِ مِنَ الشَّفَرَةِ اِلَى سِنَامِ الْبَعِيْرِ
“ Kebaikan (nikmat Allah) yang berlimpah lebih cepat turun kepada rumah yang tuan rumahnya menjamu tamunya seperti cepatnya pengaruh pisau dalam penyembelihan onta.” (H.R.Ibnu majjah dari Ibnu Abbas r.a.)
اَلْمَلٰٓئِكَةُ تُصَلِّيْ عَلَى اَحَدِكُمْ مَا دَامَتِ الْمَائِدَتُهُ مَوْضُوْعَةً
“ Malaikat akan selalu membacakan istighfar kepada salah seorang diantara kamu selama makanan terhidang (untuk tamu) diatas meja makannya.” (H.R. Al-Ashbahany dari Aisyah r.a.)
Tentang keutamaan meluaskan nafkah untuk keluarga terutama di hari Assyura, Nabi Muhammad SAW bersabda :
مَنْ اَوْسَعَ عَلَى عِيَالِهِ وَ اَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ اَوْسَعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
“ Barang siapa meluaskan belanja nafkah untuk kelurganya pada hari Assyura, niscaya Allah akan melapangkan rizkinya sepanjang tahun itu.” (H.R. Al-Baihaqy dari Abu Hurairah r.a.)
Berkenaan dengan menyantuni anak yatim dan janda miskin,Rasulullah SAW bersabda :
وَالَّذِيْ بَعَثَنِيْ بِالْحَقِّ لَا يُعَذِّبُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ رَحِمَ الْيَتِيْمَ وَ لَانَ مَعَهُ فِى الْكَلَامِ وَرَحِمَ يُتْمَهُ وَ ضَعْفَهُ
“ Demi Dzat yang mengutusku dengan benar, dihari kiamat Allah tidak akan menyiksa orang yang menyayangi yatim dan berkata lembut dihadapannya, menyayangi keyatiman dan kelemahannya.” (H.R. At-Thabrany).
اَلسَّاعِيْ عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِيْنِ كَالْمُجَاهِدِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَ كَالْقَائِمِ لَا يَفْتُرُ وَ كَالصَّائِمِ لَا يَفْطُرُ .
“ Orang yang menolong janda-janda dan orang-orang miskin pahalanya seperti pahala orang yang berjuang dijalan Allah, dan seperti pahala orang yang tidak pernah putus beribadah malam hari, serta seperti pahala orang yang melanggengkan puasa.” (H.R.Bukhary)
Oleh: KH. Cep Herry Syarifuddin