Setiap presisi
dari sudut pandang seseorang terhadap dunia, akan berakhir pada titik yang
sama; yaitu “fatamorgana”. Hanya sekilas bekasnya, efek jeranya tergantung
fenomena dalam dirinya.
Segala aspek yang
menyangkut kegelisahan dunia, memang tidak pasti berujung nestapa. Tetapi
segala aspek yang berakhir keduniaan, itu sungguh sangat nestapa. Maka, apapun
yang dikerjakan, berusaha kita perbaiki niatnya. Minimal sejak saya menulis
ini; saya memulai kejujuran dalam alam firkiran saya, sehingga semoga ini tidak
hanya berujung pada urusan keduniaan belaka. Termasuk yang membaca.
Bait-bait dari
sebuah tulisan menginisialkan penulisnya, dan jujur itu martabat manusia.
Sejenis pedoman ini, penulis mengambil langkah utama sebelum menulis ini harus
mencari celah agar tidak menipu terutama diri penulis sendiri.
Pertama, kenapa
akal setiap manusia berbeda menyimpulkan suatu peristiwa? Mungkin ini pelajaran
dasar pengantar epistimologi yang sering dilupakan oleh media mainstrim atau
masyarakat luas. Bahwa cara dan kerangka pandang akal manusia dipengaruhi oleh
lingkungannya. Bias benar, bisa salah dalam memahami hal ini; sejenis teori
behaviorisme.
Bersambung…