Problem TPA / TPQ Dari Era Old Sampai Era Digital - Trimurjo Region
Jika anda ingin menjadi penulis, silahkan klik ini. Load...

Problem TPA / TPQ Dari Era Old Sampai Era Digital


Di banyak TPQ, kendala yang dihadapi sama

Oleh : Gus Rijal Mumazziq Z 
Rektor Universitas Al-Falah Assunniyah Jember Jawa Timur

1. Syahriah/SPP bulanan yang sukarela, sangat terjangkau, dan lebih murah daripada harga Kinderjoy. Bahkan saya pernah ngisi wisuda TPQ yang bulanan-nya Rp 3000. Ya Allah, ongkos pipis di Terminal Bungurasih saja Rp 2000, parkir mobil di Indomaret Surabaya pun sudah Rp 5000 😎

Lantaran nilai tidak seberapa ini, banyak ortu meremehkan. Akhirnya sengaja nunggak. Kalau sudah nggak bayar jangan salahkan kondisi jika anaknya nggak segera "futuh". Saya percaya, daya tangkap anak terhadap materi berkorelasi dengan keseriusan ortu dalam memenuhi kewajiban bulanannya ke lembaga.

2. Kesejahteraan guru TPQ yang, ya begitulah. Per bulan dapat bisyarah yang, walaupun istilahnya bisyarah, tetap tidak menjadikan mereka gembira lantaran nominalnya yang apa adanya.

3. Salah satu amalan yang rutin dilakukan ayah-ibu para ulama besar adalah rutin memberikan hadiah, walaupun semampunya, kepada guru-guru buah hatinya. Tiada salahnya jika secara berkala ngasih surprise ke guru ngaji anak. Biar menambah semangat beliau-beliau.

4. Kaderisasi yang terputus. Banyak anak setelah wisuda hafalan juz 30 dengan kualitas tajwid dan fashahah yang bagus tidak melanjutkan pendidikan Qurani-nya. Pedhot. Mrotol. Ortu sudah puas karena anaknya sudah diwisuda dan hafal juz 30. Akhirnya, kemampuan anak hilang lantaran dia tidak lanjut mondok, sekolah Diniyah, atau fokus pada hafalannya. Eman-eman tenaaaaan. Di desa maupun di perkampungan kota kondisinya sama saja.

5. Ortu yang meremehkan kualitas pendidikan TPQ. Ngaji di TPQ buat "selingan" waktu anaknya. Seringkali ortu serius, sangat disiplin, dalam mengkursuskan buah hatinya di bidang eksakta atau les bakatnya, tapi dalam takaran pendidikan agama, ortu nggak konsisten.

6. Kaderisasi para guru TPQ yang macet. Seringkali guru TPQ dikursuskan ke berbagai lembaga pendidikan al-Qur'an hingga mendapatkan sertifikat kelulusan. Tapi setelah itu malah melamar di sekolah negeri sebagai guru al-Qur'an, dan meninggalkan TPQ tempatnya bernaung sebelumnya.

7. Sebagaimana dawuh Romo KH. Anwar Manshur Lirboyo, kalau pengen anak berhasil ngajinya, dibutuhkan kerjasama 3 komponen yang masing-masing berperan sesuai kewajibannya: anak, ortu, dan guru. Ketiganya harus mempeng (rajin, disiplin, konsisten).


****

Disampaikan dalam Wisuda ke-3 dan Anugerah Prestasi Santri TPQ Kautsar Ikhlas, Ngagel Mulyo, Wonokromo, Surabaya. Sabtu malam Ahad, 17 September 2022.