GETOK HARGA DAN BIAYA LAYANAN JASA MEMBUAT KONSUMEN TERTIPU - Trimurjo Region
Jika anda ingin menjadi penulis, silahkan klik ini. Load...

GETOK HARGA DAN BIAYA LAYANAN JASA MEMBUAT KONSUMEN TERTIPU


Akhir-akhir ini beredar video singkat menceritakan tentang seorang pembeli yang terkejut, karena setelah selesai makan ternyata harga makanannya sangat mahal. Ada juga video singkat yang menceritakan tentang seseorang yang hendak mengganti oli motor di sebuah bengkel, tetapi pihak bengkel justru melakukan perbaikan tanpa seizin pemilik motor dan meminta biaya yang cukup fantastis. Tidak adanya transparansi dan kesepakatan sebelum melakukan transaksi kerap menjadikan para konsumen merasa tertipu, pasalnya mereka harus membayar produk atau jasa yang terlanjur mereka gunakan dengan harga yang tidak masuk akal.

Di dalam konsep muamalah, semua aspek terkait transaksi telah dirumuskan dengan sempurna oleh para ulama demi tercapainya tujuan utama transaksi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain dengan saling ridlo, sebagaimana sabda Nabi  Muhammad SAW. إنما  البيع عن تراض  (Tujuan jual beli adalah agar saling ridlo). Oleh karena itu, jika terjadi perselisihan di dalam sebuah transaksi dapat dipastikan terdapat konsep muamalah yang tidak dipatuhi oleh para pelaku transaksi.

Salah satu syarat transaksi yang harus dipenuhi di dalam konsep muamalah adalah adanya transparansi antara kedua belah pihak. Termasuk di antaranya adalah penyebutan harga di dalam akad, sehingga ketiaka ada seseorang yang melakukan transaksi tanpa menyebutkan harga maka transaksi tersebut dianggap fasid atau tidak sah.

أسنى المطالب في شرح روض الطالب (2/ 124)

(وإذا قال بعتك بلا ثمن) أو ولا ثمن لي عليك (فقبل لم يكن هبة) اعتبارا باللفظ ولا بيعا لاختلال الصيغة برفع آخرها أولها (وهل يضمنه) القابل (بالقبض وجهان) قال ابن الصباغ إن اعتبرنا اللفظ ضمن أو المعنى فلا (أو) قال (بعتك وسكت) عن الثمن فقبل لم يكن هبة نظرا للفظ ولا بيعا لعدم ذكر الثمن فهو بيع فاسد فإذا قبض القابل المبيع (ضمنه) فيرده إن كان باقيا وبدله إن كان تالفا.

Transaksi yang fasid tidak menuntut kedua belah pihak harus memenuhi konsekuensi transaksi tersebut. Oleh sebab itu, jika konsumen sudah terlanjur menggunakan produk sebelum ada kesepakatan harga maka ia tidak berkewajiban membayar produk sesuai harga yang ditentukan penjual. Namaun konsumen hanya berkewajiban membayar ganti rugi atas produk yang ia gunakan dengan harga pasaran pada saat itu.

العزيز شرح الوجيز المعروف بالشرح الكبير ط العلمية (4/ 385)

قال الغزالي: ثم يرد عين المبيع عند التفاسخ إن كان قائما وإلا فقيمته عند 

التلف اعتبارا بقيمته يوم التلف على الأصح

Begitu juga jika pihak penyedia layanan jasa memberikan layanan tanpa persetujuan atau izin terlebih dahulu, sebagaimana pihak bengkel yang mlelakukan perbaikan tanpa persetujuan pemilik motor, maka konsumen tidak berkewajiban membayar biaya layanan. Bahkan jika pihak penyedia jasa melakukan tindakan yang merugikan, konsumen berhak menuntut ganti rugi. 

Hal tersebut sesuai dengan kasus yang dibahas di dalam kitab Nihayatuzain mengenai seorang pemilik kain yang menyerahkan kainnya kepada penjahit agar dibuat menjadi kemeja tapi justru dibuat menjadi gamis. Maka pemilik kain tidak berkewajiban membayar biaya menjahit karena penjahit melakukan pekerjaan yang tidak sesuai izin. Dan penjahit justru berkewajiban membayar ganti rugi atas kerusakan kain tersebut.

نهاية الزين (ص: 261)

فرع : لو أعطى المالك للخياط ثوبا ليخيطه بعد قطع الخياط إياه فخاطه قباء وقال أمرتني بقطعه قباء, فقال المالك بل أمرتك بقطعه قيمصا صدق المالك بيمينه. لأنه المصدق في أصل الإذن. فكذا في صفته فيحلف أنه ما أذن في قطعه قباء ولا أجرة عليه إذا حلف. وعلى الخياط أرش نقص الثوب.

Imam Ghozali menuturkan di dalam kitab Ihya ‘Ulumiddin bahwa sebagian ‘ulama mengatakan : “Jika seseorang menjual suatu barang seharga satu dirham, padahal jika dia membeli barang tersebut dia hanya akan membeli dengan harga lima daniq (5/6 dirham) maka dia telah meninggalkan nasihat yang diperintahkan di dalam transaksi.” Artinya seorang penjual atau penyedia layanan jasa tidak diperbolehkan mematok harga yang tidak sesuai dengan harga pasar. 

Menurut beliau ada empat prinsip yang harus dijunjung tinggi di dalam transaksi, yaitu:

  1. Tidak memuji barang dagangan dengan kelebihan yang tidak ada pada barang tersebut.
  2. Tidak menyembunyikan kecacatan barang tersebut
  3. Tidak menyembunyikan ukuran dan timbangan
  4. Tidak menyembunyikan harga yang seandainya pembeli mengetahuinya maka dia tidak akan membelinya.

إحياء علوم الدين (2/ 75)

قال بعضهم من باع أخاه شيئا بدرهم وليس يصلح له لو اشتراه لنفسه إلا بخمسة دوانق فإنه قد ترك النصح المأمور به في المعاملة ولم يحب لأخيه ما يحب لنفسه هذه جملته. فأما تفصيله ففي أربعة أمور أَنْ لَا يُثْنِيَ عَلَى السِّلْعَةِ بِمَا لَيْسَ فيها وأن لا يكتم من عيوبها وخفايا صفاتها شيئاً أصلاً وأن لا يكتم في وزنها ومقدارها شيئاً وأن لا يكتم من سعرها ما لو عرفه المعامل لامتنع عنه

Beliau juga menuturkan bahawa seorang pembeli hendaknya tidak meminta harga yang terlalu rendah terhadap penjual. Bahkan jika penjual termasuk masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi rendah hendaknya seorang pembeli rela memberi harga yang tinggi meskipun menurutnya harga tersebut tidak sesuai harga pasar. Karana tindakan tersebut termasuk prinsip musamahah (toleransi) di dalam transaksi yang di anjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.

إحياء علوم الدين (2/ 80)

الثَّانِي فِي احْتِمَالِ الْغَبْنِ وَالْمُشْتَرِي إِنِ اشْتَرَى طَعَامًا مِنْ ضَعِيفٍ أَوْ شَيْئًا مِنْ فَقِيرٍ فَلَا بَأْسَ أَنْ يَحْتَمِلَ الْغَبْنَ وَيَتَسَاهَلَ وَيَكُونَ به محسناً وداخلاً في قوله صلى الله عليه وسلم رحم الله امرءا سهل البيع سهل الشراء.

Dari sudut pandang lain, melakukan transaksi fasid sebagaimana kasus di atas merupakan bentuk ta’athi bil ‘uqud al fasidah (menerjang transaksi tidak sah) yang dilarang syariat. Bahkan di dalam kitab Zawajir,  Imam Ibnu Hajar al Haitami menuturkan bahwa melakukan transaksi fasid termasuk perbuatan dosa besar. Karena transaksi fasid sebagaimana kasus diatas mengandung unsur penipuan dan pengelabuhan yang berujung pada pengambilan hak orang lain dengan cara yang dilarang syariat (Ahdzul maal bil baathil).

الزواجر عن اقتراف الكبائر (1/ 383)

الْكَبِيرَةُ السَّابِعَةُ وَالثَّمَانُونَ بَعْدَ الْمِائَةِ أَكْلُ الْمَالِ بِالْبُيُوعَاتِ الْفَاسِدَةِ

ِ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ} [النساء: 29] وَاخْتَلَفُوا فِي الْمُرَادِ بِهِ، -الى أن قال- وَقِيلَ: هُوَ الْعُقُودُ الْفَاسِدَةُ، وَالْوَجْهُ قَوْلُ ابْنِ مَسْعُودٍ إنَّهَا مُحْكَمَةٌ مَا نُسِخَتْ وَلَا تُنْسَخُ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ اهـ، وَذَلِكَ لِأَنَّ الْأَكْلَ بِالْبَاطِلِ يَشْمَلُ كُلَّ مَأْخُوذٍ بِغَيْرِ حَقٍّ سَوَاءٌ كَانَ عَلَى جِهَةِ الظُّلْمِ كَالْغَصْبِ وَالْخِيَانَةِ وَالسَّرِقَةِ، أَوْ الْهُزْؤِ وَاللَّعِبِ كَالْمَأْخُوذَةِ بِالْقِمَارِ وَالْمَلَاهِي وَسَيَأْتِي ذَلِكَ كُلُّهُ، أَوْ عَلَى جِهَةِ الْمَكْرِ وَالْخَدِيعَةِ كَالْمَأْخُوذَةِ بِعَقْدٍ فَاسِدٍ

Sebagaimana kita ketahui, Allah telah melarang segala bentuk pengambilan hak orang lain dengan cara yang batil melalui beberapa ayat di dalam Alquran. Di antaranya pada Surat Annisa ayat 29, Allah menyebutkan larangan tersebut bersandingan dengan larangan bunuh diri, Bahkan Allah mengancam orang-orang yang melakukan hal tersebut dengan ancaman api neraka.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا (29) وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا (30)  [النساء: 28 - 30]

Oleh karena itu, para pelaku transaksi seharusnya memahami dan menjunjung tinggi prinsip kejujuran, transparansi atau keterbukaan dalam setiap transaksi tanpa ada unsur penipuan atau pengelabuan terhadap konsumen sebagaimana telah dirumuskan oleh para ulama salaf. Dengan begitu akan tercipta transaksi sehat yang dapat memenuhi kebutuhan satu sama lain tanpa ada pihak yang merasa dirugikan dan terhindar dari dosa besar yang berujung pada panasnya api neraka.


Semoga Bermanfaat amiin !

Diterbitkan oleh:

BIM (Badan Intelektual Muhadloroh) PP. Al-Anwar Sarang Rembang, Dzul Hijjah 1444-1445 H