Ini Juga Marwah NU - Trimurjo Region
Jika anda ingin menjadi penulis, silahkan klik ini. Load...

Ini Juga Marwah NU


Impian saya cuma satu, bukan saja melihat bendera dan umbul-umbul NU dipasang di jalanan ketika ada acara. Melainkan mobil ambulans NU, Ansor, dan Banser sliwar-sliwer melayani masyaraka
t, apapun afiliasi ormasnya, ideloginya, juga agamanya. Ambulans NU harus bebas kepentingan, karena misinya cuma melayani, pasien maupun jenazah. NU harus hadir bagi orang hidup, bukan saja orang mati dengan talqin dan tahlil-nya 😎

Beli ambulans pakai dana koin NU, bisa. Tapi tidak semua MWC atau Cabang bisa sat-set das des. Juga tidak semua sepakat. Cara lain, dari sumber alternatif, proposal, misalnya, tapi saya tidak terbiasa. Malas ribetnya. Hahahah.

Cara lain. Di-sounding-kan ke khalayak. Ini juga tidak efektif, karena seringkali orang hanya mau nyumbang kegiatan festival keagamaan dan ritual jangka pendek, paling mentok ke madrasah, pondok atau ke masjid. Fokus pada bangunan, bukan pada kualitas manusia di dalam bangunan. Akhirnya banyak siswa/santri yatim yang nunggak syahriah, tapi jarang yang sensitif membantu soal ini. Juga guru-guru ngaji yang "terpaksa ikhlas" dan dicekoki konsep ikhlas tidak pada tempatnya. Sudahlah, akhiri doktrin ikhlas mengajar dan ikhlas beramal itu. Ikhlas mengabdi dan mengajar itu ada di dalam hati para guru, sedangkan membantu perekonomian mereka itu tugas lembaganya. 

Beberapa guru ngaji layak menerima zakat, bukan lantaran status guru ngajinya yang dimasukkan sebagai "fi Sabilillah", melainkan lantaran kondisi fakir dan miskin-nya jika disesuaikan dengan had kifayah. Layak, banyak yang sangat layak. Mesakne tenan rek!

Ingatan para guru ngaji yang berada di level ekonomi ke bawah ini kuat, saking senangnya mereka dibantu. Saya pernah menyalurkan titipan sedekah yang saya gabung dengan zakat bagi seorang guru ngaji. Zakat saya rupakan uang, sedekah saya belikan sembako dan sarung BHS. Ekspresi kebahagiaan beliau juga membuat saya bahagia. Dan, kenapa BHS? Sebab itu adalah impian beliau selama ini. Sarung yang beliau pakai selama ini adalah sarung kelas menengah ke bawah, yang kalau dipakai shalat terasa panas dan seringkali bikin gatal, yang setelah tahiyat awal kualitas tekstil ya mengkeret-ngepir. 

Ketika beliau menerima BHS Classic, wajahnya berbinar dan bungkusnya diciumi. Ya Allah.... dan, ketika beberapa kali berjumpa di acara-acara NU, beliau memakainya dengan bangga, dan selalu, ya selalu, mendekati saya dengan bilang, "Matursuwun nggih, BHS-nya selalu saya pakai di acara NU. Adem, enak dipakai dan membanggakan." tutur beliau sembari memamerkan merek BHS yang jika sarungnya dilipat-pakai selalu ada di depan. Saya tersenyum atas 3 hal: kepolosan, kejujuran dan kebahagiaan beliau, sebab dengan sarana sarung bermerk itu beliau merasa bangga dengan identitas guru ngaji langgar. 

Ya Allah....

***

Kembali ke bahasan ambulans. Saya merasa ketiban rezeki saat di tengah acara Shalawat di INAIFAS, Senin lalu, chat saya direspon oleh Ustadz Heri Latief Direktur Eksekutif Nurul Hayat, Surabaya. Rencana saya beli ambulans pakai uang pribadi urung, sebab pihak Nurul Hayat menyanggupi memberi bantuan ambulans. Dan mengizinkan apabila logo NH diganti dengan logo NU, Ansor dan Banser.

Wallahul Musta'an... Allah Kariiiim.

Rencana berikutnya, beli Mitsubishi Triton, buat mondar-mandir Banser Ranting Jombang. Kalau Ansor Banser beli mobil operasional jenis Isuzu Panther pick-up, Luxio, Grand Max atau jenis mobil lain, dan ditempeli logo Ansor Banser orang cuma melirik sekilas. Terlalu biasa. Tapi kalau Banser level SATKORKEL (Ranting) berkendaraan Mitsubishi Triton, Toyota Hilux, atau Ford Ranger, orang nggak cuma melirik, tapi menengok.

Apalagi saat dalam berbagai kegiatan sosial, para Banser ini naik mobil gardan ganda, bakal tambah gagah-lah.

Kepada para sahabat Ansor Banser Ranting Ansor Jombang , kita memang level Ranting, sebatas SATKORKEL, tapi jangan pernah minder. Harus punya karakter khas, percaya diri, dan unggul dalam program. 

Kurangi Seremonial, Perbanyak Pelayanan Sosial. 

Oleh : Ust Rijal Mumazziq Z