Ingat,
Tuhan dapat dilihat mata kelak disurga, bagi hati yang melihtnya
didunia. Banyak hal yang tak bisa dijangkau pancaindra tapi hati
melihatnya, maka bedanya Zat yang tidak masuk dimensi ruang dan waktu dan sifat
yang ada pada Nya itu benar tiada hal yang meragukannya untuk iman kepadaNya…
Reruntuhan
daun tua gambarkan hidup, Bahwa ikhlas yang menjadi ruh dari apa yang
terjadi. Dari derasnya gemercik air berusaha mencari celah diantara satuan air untuk
bisa rayapi kehidupan fana. Semua binasa saat suasana hidup merayu maut tak
kusa sebrangi lautan mati. Cercah cahaya hidup terangi yang redup. Bahwa
harus ada konversi dalam kontemplasi dan konsekwensi. Lalu angan ditaburi
embun-embun pagi yang bersahaja. Nan ikhlas untuk jalankan jiwa dan raga
yang sempurna.
Tertutup
gerhana berkepanjangan menderita. Derasnya air mata tak ada guna kecuali sesal. Runtuhkan
derita hembusan anugrah cinta yang selalu bertasbih penuh kebijakan. Benih
kasih sayang dunia untuk akhirat yang kekal. Hingga zona kemulyaan tampak
ulurkan ketenangan.
Disitu..
Angan tertabrak kerumunan alam imajinal melalui diam namun bersuara bersama
fikiran yang terbuka tanpa ada rasa kecewa untuk tawarkan kemulyaan didepan orang
lain.. Namun entah kenapa banyak yang lapuk karena tak kusa untuk dapat
yakinkan demi utuhnya uhwah karena kedurhakaan yang masih diarungi bersama
lautan mati itu. Masih selalu ikut festival keangkuhan melalui biografi
nafsu yang jauh tak mau berbaur dengan alam yang beralunan tasbih dengan
sayap-sayap hikmah untuk warnai pilihan hidup. Tak lain hanya Dialah penerang
dari kegelapan bersama kokohnya ditiap-tiap langkah sebagai akhlak hati dan
jiwa ini.
Nuansa senja runtuhkan beban dalam guratan
perasaan yang kian lama mengerak dibenak ini. Sungguh maha Suci
Engkau. . .
Sering
nya hati ini berkeluh tanpa sandaran. Kersahan darah muda buat reputasinya kehidupan,
sampai depresi mengarungi detak nadi ketika hati meronta tak mau menangkan dari
nafsunya. Namun dengan nafsu pun menjadi jelas arti sulukh, tanpanya setan
pasti menyalahkan Robb nya.
"Ketika
aku dipenuhi dengan ujiMu, Apakah waktu itu Kau menyapaku?!"
MurkaMu seakan telah total dalam aktifitasku,
hingga tidak ada ruang benci kepada setan/iblis. AnugrahMu pun telah terbakar
kemesraanku kepada dunia diantara tikungan-tikungan iblis ditengah belantara
fitnah dunia.
Kotornya
jiwa ku telah mengikis iman ku...
Keruhnya
hati ku bulatkan fikiran ku..
Sampai
di suatu saat aku bertanya tentang Mu; "ketika aku dipenuhi dengan
ujiMu, apakah waktu itu Kau menyapaku?"