Sanubari, fikiran, hati, organtubuh dan seluruh aspek yang
melatarbelakangi aktivitas sehari-hari adalah komposisi berharga yang serentak
menuju pengabdian kepada sang pemilik kehidupan.
Melalui regulasi system internal dan eksternal diri yang kompatibel,
bersama genggaman keyakinan tentang otoritas Tuhan yang selama ini teruji,
manusia seharusnya mampu meraup keuntungan didunia dan akhirat. meskipun banyak
dicontohkan oleh ulama’-ulama’ kita bahwa keuntungan didunia hanyalah
sementara, bahkan seringkali menipu karena fana. Sedangkan keuntungan hakiki
adalah keuntungan diakhirat.
Dasar dan pemahaman dari kata al
birri yang disebut dalam Al-Qur’an tidak lain adalah upaya memperjuangkan
kebaikan yang sempurna menuju ketakwaan, kemudian dilanjutkan kata ta’awanu yang artinya interaksi antara manusia
yang saling membantu satu sama lain. Tetapi bukan membatu dalam hal kejahatan
atau dosa. Sehingga kebaikan yang sempurna dapat diperoleh dengan saling
membantu sesama umat manusia dengan dasar ketakwaan. Artinya dialektika dalam
masyarakat yang indikatif terhadap kebaikan itu sudah lumayan mendekati
kebajikan, daripada membuang waktu untuk menjadwal keburukan orang atau sibuk berprasangka
buruk tentang seseorang yang belum sepenuhnya diketahui.
Power internal dan eskternal dalam diri manusia yang dipekerjakan
untuk memperoleh keuntungan akhirat melalui kebaikan antar umat manusia adalah totalitas
kebajikan tanpa pamrih, yang apabila dilakukan dengan ketakwaan kepada sang
pemilik nafas maka akan mengangkat derajadnya didunia dan akhirat.