BAB I
PENGERTIAN
Secara
etimologis, kata “dakwah” berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti:
panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa
Arab, kata dakwah adalah bentuk dari isim masdar yang berasal dari kata kerja :
دعا, يدعو, دعوة artinya : menyeru, memanggil, mengajak.20
Dalam pengertian yang integralistik dakwah
merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban
dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan
secara bertahap menuju perikehidu
pan yang Islami.
pan yang Islami.
Sedangkan ditinjau dari segi terminologi, banyak
sekali perbedaan pendapat tentang definisi dakwah di kalangan para ahli, antara
lain:
- Menurut
A. Hasmy dalam bukunya Dustur Dakwah Menurut al-Qur’an,
mendefinisikan dakwah yaitu: mengajak orang lain untuk meyakini dan
mengamalkan akidah dan syariat Islam yang terlebih dahulu telah diyakini
dan diamalkan oleh pendakwah itu sendiri.21
- Menurut
Syekh Ali Mahfud. Dakwah Islam adalah memotivasi manusia agar melakukan
kebaikan menurut petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebajikan dan melarang
mereka berbuat kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagian dunia dan
akhirat.22
- Menurut
Amrullah Ahmad .ed., dakwah Islami merupakan aktualisasi Imani
(Teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia
beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk
mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap, dan bertindak manusia pada
tataran kegiatan individual dan sosio kultural dalam rangka mengesahkan
terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan cara
tertentu.23
- Menurut
Amin Rais, dakwah adalah gerakan simultan dalam berbagai bidang kehidupan
untuk mengubah status quo agar nilai-nilai Islam memperoleh kesempatan
untuk tumbuh subur demi kebahagiaan seluruh umat manusia.24
- Menurut
Farid Ma’ruf Noor, dakwah merupakan suatu perjuangan hidup untuk
menegakkan dan menjunjung tinggi undang-undang Ilahi dalam seluruh aspek
kehidupan manusia dan masyarakat sehingga ajaran Islam menjadi shibghah
yang mendasari, menjiwai, dan mewarnai seluruh sikap dan tingkah laku
dalam hidup dan kehidupannya.25
- Menurut
Abu Bakar Atjeh, dakwah adalah seruan kepada semua manusia untuk kembali
dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, yang dilakukan dengan penuh
kebijaksanaan dan nasehat yang baik.26
- Menurut
Toha Yahya Umar, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana ke
jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan
kebahagiaan dunia akherat.27
Dari beberapa definisi di atas paling tidak dapat
diambil kesimpulan tentang dakwah:
- Dakwah
itu adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar dan terencana.
- Usaha
dakwah itu adalah untuk memperbaiki situasi yang lebih baik
dengan mengajak manusia untuk selalu ke jalan Allah SWT.
- Proses
penyelengaraan itu adalah untuk mencapai tujuan yang bahagia dan
sejahtera, baik di dunia maupun akhirat.
Dalam kaitannya dengan makna dakwah, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan secara seksama, agar dakwah dapat dilaksanakan dengan
baik.
- Pertama,
dakwah sering disalah artikan sebagai pesan yang datang dari luar.
Pemahaman ini akan membawa konsekuensi kesalahlangkahan dakwah, baik dalam
formulasi pendekatan atau metodologis, maupun formulasi pesan dakwahnya.
Karena dakwah dianggap dari luar, maka langkah pendekatan lebih diwarnai
dengan pendekatan interventif, dan para dai lebih mendudukkan diri sebagai
orang asing, tidak terkait dengan apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh
masyarakat.
- Kedua,
dakwah sering diartikan menjadi sekadar ceramah dalam arti sempit.
Kesalahan ini sebenarnya sudah sering diungkapkan, akan tetapi dalam
pelaksanaannya tetap saja terjadi penciutan makna, sehingga orientasi dakwah
sering pada hal-hal yang bersifat rohani saja. Istilah “dakwah
pembangunan” adalah contoh yang menggambarkan seolah-olah ada dakwah yang
tidak membangun atau dalam makna lain, dakwah yang pesan-pesannya penuh
dengan tipuan sponsor.
- Ketiga,
masyarakat yang dijadikan sasaran dakwah sering dianggap masyarakat yang
vacum ataupun steril, padahal dakwah sekarang ini berhadapan dengan satu
setting masyarakat dengan beragam corak dan keadaannya, dengan berbagai
persoalannya, masyarakat yang serba nilai dan majemuk dalam tata
kehidupannya, masyarakat yang berubah dengan cepatnya, yang mengarah pada
masyarakat fungsional, masyarakat teknologis, masyarakat saintifik dan
masyarakat terbuka.
- Keempat,
Sudah menjadi tugas manusia untuk menyampaikan saja (al-Ghaasyiah: 21-22),
sedangkan masalah hasil akhir dari kegiatan dakwah diserahkan sepenuhnya
kepada Allah SWT. Ia sajalah yang mampu memberikan hidayah dan taufik-Nya
kepada manusia, Rasulullah SAW sendiripun tidak mampu memberikan
hidayahnya kepada orang yang dicintainya (al-Qashash: 56). Akan tetapi,
sikap ini tidaklah berarti menafikan perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi dari kegiatan dakwah yang dilakukan. Dakwah, jika ingin berhasil
dengan baik, haruslah memenuhi prinsip-prinsip manajerial yang terarah dan
terpadu, dan inilah mungkin salah satu maksud hadis Nabi, “Sesungguhnya
Allah sangat mencintai jika salah seorang di antara kamu beramal, amalnya
itu dituntaskan.” (HR Thabrani). Karena itu, sudah tidak pada tempatnya
lagi kalau kita tetap mempertahankan kegiatan dakwah yang asal-asalan.
- Kelima,
secara konseptual Allah SWT akan menjamin kemenangan hak para pendakwah,
karena yang hak jelas akan mengalahkan yang bathil (al-Isra’ : 81). Akan
tetapi, sering dilupakan bahwa untuk berlakunya sunatullah yang lain, yaitu
kesungguhan (ar-Ra’d: 11). Hal ini berkaitan dengan erat dengan cara
bagaimana dakwah tersebut dilakukan, yaitu dengan al-Hikmah, mau’idzatil
hasanan, dan mujadalah billatii hiya ahsan (an-Nahl: 125).
Berbicara tentang dakwah adalah berbicara tentang komunikasi,
karena komunikasi adalah kegiatan informatif, yakni agar orang lain mengerti,
mengetahui dan kegiatan persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima
suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu faham atau keyakinan, melakukan
suatu kegiatan atau perbuatan dan lain-lain.40 Keduanya (dakwah dan
komunikasi) merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan.
Dakwah adalah komunikasi, akan tetapi komunikasi belum
tentu dakwah, adapun yang membedakannya adalah terletak pada isi dan orientasi
pada kegiatan dakwah dan kegiatan komunikasi. Pada komunikasi isi pesannya umum
bisa juga berupa ajaran agama, sementara orientasi pesannya adalah pada
pencapaian tujuan dari komunikasi itu sendiri, yaitu munculnya efek dan hasil
yang berupa perubahan pada sasaran. Sedangkan pada dakwah isi pesannya jelas
berupa ajaran Islam dan orientasinya adalah penggunaan metode yang benar
menurut ukuran Islam. Dakwah merupakan komunikasi ajaran-ajaran Islam dari
seorang da’i kepada ummat manusia dikarenakan didalamnya terjadi proses
komunikasi.
BAB II
UNSUR – UNSUR DAKWAH
Yang dimaksud unsur-unsur dakwah dalam pembahasan ini
adalah bagian-bagian yang terkait dan merupakan satu kesatuan dalam suatu
penyelenggaraan dakwah. Jadi, unsur-unsur dakwah tersebut adalah:
1. Subjek Dakwah
Dalam hal ini yang dimaksud dengan subjek dakwah
adalah yang melaksanakan tugas-tugas dakwah, orang itu disebut da’i atau
muballigh.29. Dalam aktivitasnya subjek dakwah dapat secara individu ataupun
bersama-sama. Hal ini tergantung kepada besar kecilnya skala penyelenggaraan
dakwah dan permasalahan-permasalahan dakwah yang akan digarapnya. Semakin luas
dan kompleks-nya permasalahan dakwah yang dihadapi, tentunya besar pula
penyelenggaraan dakwah dan mengingat keterbatasan subjek dakwah, baik di bidang
keilmuan, pengalaman, tenaga dan biaya, maka subjek dakwah yang terorganisir
akan lebih efektif daripada yang secara individu (perorangan) dalam rangka
pencapaian tujuan dakwah. Dalam pengertian subjek dakwah yang terorganisir,
dapat dibedakan dalam tiga komponen, yaitu (1) da’i, (2) perencana dan (3)
pengelola dakwah.
Sebagai seorang da’i harus mempunyai syarat tertentu,
diantaranya:
- Menguasai
isi kandungan al-Quran dan sunah Rasul serta hal-hal yang berhubungan
dengan tugas-tugas dakwah.
- Menguasai
ilmu pengetahuan yang ada hubungannya dengan tugas-tugas dakwah.
- Takwa
pada Allah SWT.30
2. Objek Dakwah (audience).
Objek dakwah adalah setiap orang atau sekelompok orang
yang dituju atau menjadi sasaran suatu kegiatan dakwah. Berdasarkan pengertian
tersebut maka setiap manusia tanpa membedakan jenis kelamin, usia, pekerjaan,
pendidikan, warna kulit, dan lain sebagainya, adalah sebagai objek dakwah. Hal
ini sesuai dengan sifat keuniversalan dari agama Islam dan tugas kerisalahan
Rasulullah.
Ditinjau dari segi tugas kerisalahan Rasullulah SAW,
maka objek dakwah dapat digolongkan menjadi dua kelompok, pertama, umat dakwah
yaitu umat yang belum menerima, meyakini, dan mengamalkan ajaran agama Islam.
Kedua, umat ijabah yaitu umat yang dengan secara ikhlas memeluk agama Islam dan
kepada mereka sekaligus dibebani kewajiban untuk melaksanakan dakwah.
Mengingat keberadaan objek dakwah yang heterogen, baik
pada tingkat pendidikan, ekonomi, usia, dan lain sebagainya, maka keberagaman
tersebut hendaknya dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan model
penyelenggaraan dakwah, sehingga benar-benar dapat secara efektif dan berhasil
dalam menyentuh persoalan-persoalan kehidupan umat manusia sebagai objek
dakwah.
3. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh
da’i kepada objek dakwah, yakni ajaran agama Islam sebagaimana tersebut dalam
al-Qur’an dan Hadits.
Agama Islam yang bersifat universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, dan bersifat abadi sampai di akhir jaman serta mengandung ajaran-ajaran tentang tauhid, akhlak dan ibadah.33 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa materi dakwah meliputi tauhid, akhlak, dan ibadah. Sangat mendalam dan luasnya ajaran Islam menuntut subjek dakwah dalam penyampaian materi dakwah sesuai dengan kondisi objektif objek dakwah, sehingga akan terhindar dari pemborosan. Oleh karena itu, seorang da’i hendaknya mengkaji objek dakwah dan strategi dakwah terlebih dahulu sebelum menentukan materi dakwah sehingga terhindar dari hal-hal yang dapat menghambat kegiatan dakwah.
Agama Islam yang bersifat universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, dan bersifat abadi sampai di akhir jaman serta mengandung ajaran-ajaran tentang tauhid, akhlak dan ibadah.33 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa materi dakwah meliputi tauhid, akhlak, dan ibadah. Sangat mendalam dan luasnya ajaran Islam menuntut subjek dakwah dalam penyampaian materi dakwah sesuai dengan kondisi objektif objek dakwah, sehingga akan terhindar dari pemborosan. Oleh karena itu, seorang da’i hendaknya mengkaji objek dakwah dan strategi dakwah terlebih dahulu sebelum menentukan materi dakwah sehingga terhindar dari hal-hal yang dapat menghambat kegiatan dakwah.
4. Metode Dakwah.
Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan
kepada objek dakwah, baik itu kepada individu, kelompok maupun masyarakat agar
pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini dan diamalkan.34 Sebagaimana yang
telah tertulis dalam al-Qur’an dalam surat an-Nahl ayat 125:
اُدْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ
رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِيْن َ
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.”
5. Landasan Dakwah Landasan dakwah dalam
al- Qur’an ada tiga, yaitu:
- Bil
hikmah ( kebijaksanaan), yaitu cara-cara penyampaian pesan-pesan dakwah
yang sesuai dengan keadaan penerima dakwah.36 Operasionalisasi metode
dakwah bil hikmah dalam penyelenggaraan dakwah dapat berbentuk:
ceramah-ceramah pengajian, pemberian santunan kepada anak yatim atau
korban bencana alam, pemberian modal, pembangunan tempat-tempat ibadah dan
lain sebagainya.
- Mau’idah
hasanah, yakni memberi nasehat atau mengingatkan kepada orang lain dengan
tutur kata yang baik, sehingga nasehat tersebut dapat diterima tanpa ada
rasa keterpaksaan. Penggunaan metode dakwah model ini dapat dilakukan
antara lain dengan melalui: (1) kunjungan keluarga, (2) sarasehan, (3)
penataran/kursus-kursus, (4) ceramah umum, (5) tabligh, (6) penyuluhan.37
- Mujadalah
(bertukar pikiran dengan cara yang baik), berdakwah dengan mengunakan cara
bertukar pikiran (debat). Pada masa sekarang menjadi suatu kebutuhan,
karena tingkat berfikir masyarakat sudah mengalami kemajuan. Namun
demikian, da’i hendaknya harus mengetahui kode etik (aturan main) dalam
suatu pembicaraan atau perdebataan, sehingga akan memperoleh mutiara
kebenaran, bahkan terhindar dari keinginan mencari popularitas ataupun
kemenangan semata.
BAB III
TUJUAN DAKWAH
Sebagai bagian dari kegiatan dakwah Islam tentunya
mempunyai tujuan. Secara hakiki dakwah mempunyai tujuan menyampaikan kebenaran
ajaran yang ada dalam al-Qur’an-al-Hadits dan mengajak manusia untuk
mengamalkanya. Tujuan dakwah ini dapat dibagi menjadi, tujuan yang berkaitan
dengan materi dan objek dakwah.38 Dilihat dari aspek tujuan objek dakwah ada
empat tujuan yang meliputi: tujuan perorangan, tujuan untuk keluarga, tujuan
untuk masyarakat, dan tujuan manusia sedunia. Sedangkan tujuan dakwah dilihat
dari aspek materi, menurut Masyhur Amin ada tiga tujuan yang meliputi :39
- Pertama,
tujuan akidah, yaitu tertanamnya akidah yang mantap bagi tiap-tiap
manusia.
- Kedua,
tujuan hukum, aktivitas dakwah bertujuan terbentuknya umat manusia yang
mematuhi hukum-hukum yang telah disyariatkan oleh Allah SWT.
- Ketiga,
tujuan akhlak, yaitu terwujudnya pribadi muslim yang berbudi luhur dan
berakhlakul karimah.
Dari keseluruhan tujuan dakwah dilihat dari aspek
maupun materi dakwah, maka dapat dirumuskan tujuan dakwah adalah untuk
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dakwah Islami.
DAFTAR PUSTAKA
http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/07/pengertian-dakwah-islami.html/ , Ade Sanjaya, Pengertian dakwah
islamiyah, 2011.
http://www.scribd.com/doc/9470519/Makalah-Agama , Afri Neisa, Dakwah Islamiyah,
2008.