Artinya manusia dewasa yang lebih dominan menjaga martabat dirinya, bukan menghindari sifat kemanusiaan yang mendasari keangkuhannya atau sifat ke-api-an dalam dirinya. Maka kesimpulan yang berbunyi al insanu hayawanu natiq; bahwa tiap diri manusia adalah hewan yang berakal, itu apabila ia tidak dapat menjaga martabatnya. Ke-diri-annya dapat hidup hanya dengan cahaya, bukan api.
Pasti beda kedewasaannya api dengan cahaya, meskipun api dan cahaya sama-sama memacarkan sinar. Karenanya api itu menyengat, sedangkan cahaya adalah terang.