Santri dapat kita fahami sebagi seorang yang
berbekal niat yang kuat menuju ridhoNya melalui usaha kerasnya untuk menimba
ilmu disuatu tempat yang biasanya diluar desa tempat ia tinggal (merantau),
dengan mengabdi kepada seorang Ulama atau Kiyai. Ya, berat resikonya, ketika
sudah dipandang sebagai sosok yang dinanti masyarakat agar menjadi sumber ilmu
dan barometer pergeseran zaman.
Kualitas
teori maupun skill dalam suatu keilmuan khususnya bidang sosial pun bagi santri
sangat perlu terus ditekuni, sebab melihat seakan tuntuan masyarakat modern
yang hari ini yang terus berkembang. Ketidakseimbangan itu dapat dilahirkan
dari proses santri yang hanya linier dalam mengembangkan bakat keilmuan maupun
skillnya.
Adanya
upaya meningkatkan pengetahuan santri khususnya dibidang Jurnalistik, Dewan Mahasisiwa Pesantren
Al-Asy'ariyyah (DMPA) yang terletak di Desa Kalibeber Wonosobo Jawa tengah ini
menggelar diklat pers dan jurnalistik dengan beberapa target dan tujuan yang
jelas guna mengetahui dasar dan sistem jurnalistis maupun ruang lingkupnya (24/1/).
"Kegiatan
ini dilaksanakan selama tiga hari, dengan materi kepenulisan, keradionan, dan
teknik reportase," jelas Suitno sekalu ketua koordinator departemen Pers
& Jurnalistik DMPA. Acara yang langka ini diadakan mulai kamis 24
sampai 27 Januari 2013 di Gedung Baru lantai III Al-Asya'ariyyah Wonosobo. "Alhamdulillah
kita sudah punya radio dan majalah sebagai lahan praktik santri" papar
Suitno.
Proses
dialektika santri ditengah pesantren dengan pengabdiannya kepada Kiyai menjadi
tolak ukur bagaimana nanti dilapangan ketika berhadapan dengan masyarakat.
Sekaligus mendasarkan kesadarannya bahwa santri berpotensi adalah santri yang
mau berlajar dengan istiqomah dan mempunyai mental baja ketika dihadapkan
dengan masalah dan ujian yang pasti ada ditiap-tiap usahanya.
Lihat
selengkapnya...